Pada buku pertama serial Harry Potter (Harry Potter And The Pilosopher Stone/ Harry Potter Dan Batu Bertuah), disebutkan bahwa Snape tiba-tiba mengajukan dirinya menjadi wasit Quidditch. Sayang sekali adegan tsb tidak masuk dalam scene film. Padahal aku sebagai fans beratnya Professor Severus Snape pengen sekali melihat bagaimana gagahnya sang Professor dalam seragam wasit Quidditch...
So....
aku coba ngedit foto yang ada
dan ini hasilnya
hehehe.... ga bagus sih (ini udah semampu yg aku bisa loh), tapi lumayanlah untuk mengobati rasa keingin-tahuanku.
Barangkali ada yang mau ikut koleksi.... hehehe :P
Ini kutipan dari bukunya :
Kemudian, dalam satu sesi latihan di bawah hujan deras dan berlumpur,
Wood menyampaikan kabar buruk kepada timnya.
Dia baru saja marah besar kepada si kembar Weasley yang tak hentihentinya saling serang dan berpura-pura terpeleset dari sapu mereka.
"Kalian bisa tidak sih berhenti main-main!" teriaknya.
"Tindakan seperti itulah yang akan membuat kita kalah dalam pertandingan!
Snape akan jadi wasit kali ini dan dia akan mencari-cari segala alasan untuk mengurangi angka Gryffindor!"
George Weasley benar-benar jatuh dari sapunya mendengar ini.
"Snape jadi wasit?" katanya dengan mulut penuh lumpur.
"Kapan dia pernah jadi wasit pertandingan Quidditch? Dia pasti tidak akan bersikap adil jika ada kemungkinan kita menyusul Slytherin." Anggota tim lain mendarat di sisi George untuk ikut mengeluh.
***
Ingin rasanya Harry tertawa keras-keras saking leganya. Dia aman. Jelas Snape tak akan berani mencoba mencelakainya jika ada Dumbledore.
Mungkin itulah sebabnya Snape kelihatan marah sekali ketika kedua tim berjalan memasuki lapangan. Ron juga melihatnya.
"Belum pernah kulihat Snape segalak ini," katanya kepada Hermione.
"Lihat... mereka mulai. Ouch!"
Ada yang menyodok belakang kepala Ron. Malfoy.
"Oh, sori, Weasley aku tidak lihat kau di situ."
Malfoy nyengir lebar kepada Crabbe dan Goyle.
"Berapa lama Potter bisa bertahan di atas sapunya kali ini, ya? Ada yang mau bertaruh? Bagaimana kalau kau, Weasley?"
Ron tidak menjawab. Snape baru saja memberikan penalti kepada Hufflepuff karena George Weasley telah melempar Bludger kepadanya.
Hermione—yang menyilangkan semua jarinya di atas pangkuan untuk mendapatkan keberuntungan— memandang lekat-lekat pada Harry yang berputar-putar mengitari tim yang bertanding, mencari-cari Snitch.
***
"Ayo, Harry!" jerit Hermione, melompat naik ke atas bangkunya agar bisa melihat lebih jelas ketika Harry meluncur tepat ke arah Snape. Hermione bahkan tidak menyadari Malfoy dan Ron yang bergulingan di bawah tempat duduknya, ataupun baku hantam dan pekikan-pekikan yang bermunculan dari tengah hujan pukulan yang berasal dari Neville, Crabbe, dan Goyle.
Tinggi di angkasa, Snape berputar di atas sapunya, tepat ketika kelebatan warna merah meluncur melewatinya, hanya beberapa senti darinya—detik berikutnya, Harry sudah menghentikan tukikannya, kedua lengannya terangkat penuh kemenangan, Snitch tergenggam di tangannya.
Penonton meledak riuh-rendah. Sungguh ini rekor, tak seorang pun ingat Snitch pernah berhasil ditangkap secepat ini.
"Ron! Ron! Di mana kau? Pertandingan sudah selesai! Harry menang!
Kita menang!
Gryffindor memimpin!" teriak Hermione, melonjak-lonjak kegirangan di tempat duduknya dan memeluk Parvati Patil yang duduk di depannya.
Harry melompat turun dari sapunya, tiga puluh senti dari tanah. Dia tak mempercayainya. Dia telah berhasil—permainan telah usai, padahal baru berlangsung tak lebih dari lima menit.
Ketika anak-anak Gryffindor membanjir masuk lapangan, Harry melihat Snape mendarat di dekatnya, wajahnya pucat, bibirnya tegang. Kemudian Harry merasakan sentuhan tangan di bahunya, ia mendongak dan memandang wajah Dumbledore yang tersenyum.
"Bagus sekali," kata Dumbledore pelan, sehingga hanya Harry yang bisa mendengarnya. "Senang melihatmu tidak terus memikirkan cermin itu... kau menyibukkan diri... luar biasa...."
Snape meludah dengan getir ke tanah.
***